PEMERINTAHAN
Gubernur NTB : Pringgasela Menenun Masa Depan NTB dengan Budaya dan Cinta
LOMBOK TIMUR - Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. H. Lalu Muhammad Iqbal, menyampaikan pesan budaya penuh makna dalam perhelatan Alunan Budaya Desa Pringgasela Raya ke-IX melalui sambutan yang diwakili oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Sosial Kemasyarakatan, Dr. H. Ahsanul Khalik. Meski berhalangan hadir secara langsung karena mendampingi jalannya Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) VIII, Gubernur Iqbal tetap menunjukkan perhatian mendalam atas kekayaan budaya daerah, khususnya dari Desa Pringgasela yang dikenal sebagai pusat warisan tenun dan seni tradisi Lombok Timur.
Dalam sambutannya yang disampaikan di hadapan ribuan masyarakat, para tokoh adat, tokoh agama, pelaku seni budaya, serta perwakilan pemerintah pusat dan daerah, Gubernur Iqbal menegaskan bahwa budaya bukan hanya warisan masa lalu, melainkan jembatan menuju masa depan NTB yang berakar kuat dan berpijak kokoh pada nilai-nilai lokal.
“Hari ini, di tanah yang ditenun oleh sejarah nilai dan adat, kita disatukan oleh getar budaya dalam pertunjukan ‘Sembilan Kali Lahir(Nya)’. Ini bukan sekedar seni pertunjukan, tetapi cermin jiwa, pantulan ruh kolektif, dan doa masa lalu yang kini disulam menjadi pijakan masa kini dan masa depan,” tegas Gubernur Iqbal.
Menurutnya, Desa Pringgasela bukan sekedar nama geografis, melainkan “tenun hidup” dari peradaban yang diwariskan turun-temurun. Motif-motif yang tercipta bukan hanya pola visual di atas kain, tetapi cermin dari persatuan, kerja kolektif, dan pengabdian terhadap nilai luhur yang dijaga masyarakatnya hingga hari ini.
“Tenun di sini bukan sekedar kain. Ia adalah bahasa. Ia bicara tentang ibu-ibu yang menenun dengan hati, lahir dari sepi yang bekerja, dan dari ritme alam yang menyatu dengan falsafah hidup, bahwa gotong royong adalah bahasa langit, dan kebersamaan adalah takdir terbaik manusia,” lanjutnya.
Gubernur Iqbal juga menekankan bahwa kegiatan budaya seperti ini bukan nostalgia, melainkan deklarasi masa depan. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk merawat dan mengembangkan budaya sebagai identitas sekaligus kekuatan pembangunan yang berbasis nilai.
“Kita membangun NTB bukan hanya dengan gedung-gedung tinggi dan teknologi canggih, tapi juga dengan cinta terhadap tradisi dan kearifan lokal. Budaya yang dihayati, bukan sekadar dipamerkan, akan mengakar kuat dan membawa kita ke masa depan yang lebih bermartabat,” ujarnya.
Dalam bagian akhir sambutannya, Gubernur NTB menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada panitia pelaksana, para pelaku budaya, serta seluruh masyarakat Pringgasela Raya atas kerja keras dan dedikasi dalam menghidupkan kembali denyut budaya lokal di tengah arus modernisasi yang deras.
“Mari kita jadikan momentum ini sebagai pemantik: untuk mendidik anak-anak kita dengan cerita dan jati diri, membangun wisata yang tidak hanya eksotik tapi juga etis, dan melanjutkan semangat Pringgasela, membangun dari akar, menjahit dari bawah, dan menenun dengan cinta,” pungkas Gubernur NTB.
Acara yang digelar dengan meriah dan khidmat ini juga dihadiri oleh Asisten Deputi Event Kedaerahan Kementerian Pariwisata RI, Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur, Ketua DPRD Lombok Timur, Kepala Desa se-Pringgasela Raya, serta ribuan warga yang memadati lokasi pertunjukan.
Dengan mengusung tajuk “Sembilan Kali Lahir(Nya)”, pertunjukan budaya ini menjadi pengingat bahwa budaya tidak pernah mati, melainkan terus lahir kembali dalam bentuk-bentuk baru melalui generasi muda, karya seni, dan semangat desa yang tidak pernah lelah menjaga nilai. (*)
Via
PEMERINTAHAN
Post a Comment